Bandung (Senin, 4/12/17), tepatnya ruang bookstore FIP UPI, ramai dipenuhi oleh sejumlah pejabat ormawa kampus, mulai dari tingkat prodi-departemen, tingkat fakultas hingga universitas. Tidak ketinggalan, dua dosen bidang kemahasiswaan juga turut hadir, Syahrur R., M.Pd. dosen bidang kemahasiswaan Departemen Psikologi, dan Arie Rakhmat Riyadi, M.Pd., dosen bidang kemahasiswaan Prodi PGSD Bumi Siliwangi Departemen Pedagogik. Mereka mengikuti sebuah acara kajian diskusi tentang ormawa. Tepat pukul 15.35 WIB, acara kajian dengan tajuk “Urgensi Ormawa Fakultas” dibuka dosen bidang kemahasiswaan Prodi PGSD Bumi Siliwangi, Arie Rakhmat Riyadi, M.Pd. Dalam sambutannya, beliau mengapresiasi kerja tim panitia dari BE-Himapro PGSD Bumi Siliwangi yang telah berani menginisiasi dan mengangkat isu ormawa tingkat fakultas pada kegiatan kajian tersebut. Selain itu, beliau juga mengurai sedikit pengalamannya dulu ketika sedang menjadi mahasiswa S1, terlibat aktif di ormawa tingkat fakultas setelah mengikuti ragam jenjang pengkaderan yang cukup sistematis. Menurutnya, kehadiran ormawa tingkat fakultas telah memberikan warna tersendiri, terutama bagi kohesivitas dan kolaborasi antar prodi-departemen kala itu. Di akhir sambutan, Arie Rakhmat Riyadi, M.Pd. berharap, kajian yang dilangsungkan ini membuahkan hasil terbaik demi kemajuan FIP yang dicintai bersama. Bertindak sebagai narasumber pertama, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswan FIP, Dr. Sardin, M.Si. mengungkapkan landasan-landasan berpikir baik yang bersifat teoretis maupun empiris, tentang urgensi serta hubungan antara jumlah kehadiran ormawa di kampus dengan kesempatan pengembangan potensi utuh mahasiswa di kampus untuk belajar. Kehadiran ormawa dan juga UKM yang lebih banyak, membuka ruang bagi penyaluran minat dan bakat mahasiswa sebagai “customer” kampus. Pertimbangan terhadap era kompetitif dan komparatif mendorong mahasiswa perlu mempertimbangkan dirinya untuk selalu mengembangkan diri, selain hard skills melalui kegiatan akademik murni perkuliahan, juga kegiatan pengembangan soft skills melalui kegiatan ormawa kampus. Sejumlah konsepsi tentang profil manusia modern beserta situasi-situasi yang melingkupinya diungkap sebagai stimulan terhadap para peserta kajian, sekali lagi dihubungkan dengan urgensi eksistensi ormawa di kampus. Di akhir uraiannya yang menghubungkan paparannya dengan generasi emas, Dr. Sardin, M.Si. mengungkapkan tiga kunci pokok ciri khas lulusan perguruan tinggi, yaitu adaptif, kreatif, dan inovatif. Adaptif yaitu kemampuan untuk selalu literat dengan perkembangan zaman, baik terhadap kemajuan-kemajuan teknologi maupun perkembangan ekonomi. Kreatif mampu memecahkan masalah dengan cara-cara yang unik dan tepat sasaran. Inovatif adalah kemampuan untuk selalu selangkah lebih ke depan, lebih maju dari yang lain untuk meraih kesuksesan. Pertanyaan utama menurut Dr. Sardin, M.Si. adalah apakah mahasiswa, khususnya di FIP akan memperoleh kesempatan melatih minat, bakat, kemampuan-kemampuan tersebut bila mempertimbangkan jumlah ormawa tingkat prodi-departemen di FIP hanya sembilan jumlahnya. Kegiatan kemahasiswaan memang bisa terselenggara melalui UKM, namun ternyata setelah diamati tampaknya kebutuhan untuk hadirnya ormawa tingkat fakultas bisa lebih memperkokoh penyelenggaraannya. Sekali lagi, sebelum menutup uraiannya, Dr. Sardin, M.Si. mengungkapkan kegiatan kajian ini diselenggarakan untuk membuka pikiran dan kesadaran mahasiswa FIP tentang urgensi ormawa tingkat fakultas, oleh karena itu yang diundang adalah seluruh pimpinan ormawa tingkat fakultas di UPI dan bahkan menghadirkan narasumber langsung ketua BEM FIP UNJ agar diperoleh wawasan dan pertimbangan yang memperkuat dorongan dibentuknya ormawa tingkat fakultas di FIP. Hal tersebut, tentu diasumsikan akan memperkuat strategi-strategi bidang kemahasiswaan fakultas untuk bersinergi mewujudkan visi dan misi FIP ke depan. Narasumber kedua, Kholilulrrohim Sutopo, Ketua BEM FIP UNJ yang pada giliran presentasinya mengurai ragam struktur ormawa dan pemetaan pengembangan minat dan bakat mahasiswa yang ada di UNJ. Selain itu, secara detail Kholilulrrohim menjelaskan berbagai kelebihan dan kekurangan hadirnya ormawa (BEM) tingkat fakultas di UNJ, yang pada uraiannya lebih banyak manfaat lebihnya disbanding kekurangnnya. Diakhir presentasinya, Kholilulrrohim memberikan pertanyaan, “apakah fip siap mendirikan ormawa (BEM/SENAT) tingkat fakultas?” Ternyata, selain pancingan yang diberikan Dr. Sardin, M.Si., pernyataan dan pertanyaan Kholilulrrohman diakhir presentasinya menimbulkan ketertarikan para peserta kajian untuk ikut bertanya untuk mendalami dan berpendapat. Beberapa pertanyaan terlontar untuk mendalami bagaimana sistem pengkaderan yang ada di UNJ, selain itu ada juga pertanyaan yang terpusat pada para ketua Himpunan (BEM tingkat Prodi-Departemen) yang hadir tentang alasan belum adanya ormawa tingkat fakultas. Setelah sejumlah klarifikasi yang diberikan oleh Ketua Forkom FIP, sekaligus yang menjabat sebagai Ketua Hima PLS, bermunculanlah giliran para wakil dari fakultas lain di FIP yang ikut hadir pada kajian. Tercatat yang berbicara, ada perwakilan dari BEM FPIPS, FPTK, FPBS, FPOK, dan FSD yang semuanya senada, mengungkapkan testimoni nilai positif kehadiran ormawa atau BEM di tingkat fakultas. Di akhir diskusi yang lancar dipandu oleh panitia, Dr. Sardin, M.Si. menegaskan saatnya para pimpinan yang masih menjabat sebagai ketua-ketua himpunan dan ketua DPM dari masing-masing prodi-departemen agar bersepakat, untuk berencana membuka diri dan sekaligus membentuk tim formatur untuk berdirinya ormawa (BEM/SENAT) tingkat fakultas di FIP. Mengingat, hal bukan sederhana, ada tawaran untuk diadakan kegiatan bersama BEM FIP se-Indonesia saja mahasiswa FIP tidak bisa menyanggupi, yang harapannya diselenggarakan di UPI, karena tidak ada BEM-nya apa boleh buat, batal. Kegiatan yang diakhiri penyerahan piagam penghargaan dari Wadek III, kepada narasumber kedua, Kholilulrrohim selesai pukul 17.35 WIB. Sebagai hasil dari kajian yang telah terselenggara tersebut, simpulan dari judul tulisan ini, “Ormawa Tingkat Fakultas di FIP, Tunggu Apa Lagi?” adalah, “tidak bisa ditunggu, laksanakan!” (ARR).