Seminar Pendidikan Agama Islam (SPAI) yang diselenggarakan pada Hari Rabu, 21 Februari 2024 di Masjid Al-Furqan ini mengusung tema “Islamic World View” dengan mengangkat isu “Cara Pandang Islam (Paradigma Islam)” dengan fasilitator Kang Eko Wahyu Purnomo dari Program Studi Manajemen, Kang Sansan Hardiansyah dari Program Studi Teknologi Pendidikan, juga Bapak Mukh. Iman Firmansyah. M.Ag.
Pandangan Islam terhadap dunia mencakup sebuah paradigma yang mencerminkan keyakinan akan keesaan Allah, keadilan, dan keterkaitan antara alam semesta dengan manusia. Dalam perspektif Islam, segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah ciptaan Allah, yang mencerminkan kebesaran-Nya dan merupakan tanda-tanda kekuasaan-Nya. Manusia dipandang sebagai khalifah atau pemimpin bumi yang bertanggung jawab atas pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan serta keberlangsungan kehidupan di muka bumi. Selain itu, pandangan Islam juga menekankan pentingnya akhlak yang mulia, keadilan, dan kasih sayang dalam berinteraksi dengan sesama makhluk Allah serta dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan memandang dunia melalui prisma ini, umat Islam diharapkan untuk menjalani kehidupan yang seimbang antara spiritualitas dan aktivitas duniawi, serta memperjuangkan kebaikan dan keadilan bagi seluruh umat manusia.
Dalam pandangan Islam, spiritualitas memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Islam mengajarkan bahwa kehidupan ini bukan hanya tentang memperoleh kekayaan materi atau kesenangan duniawi semata, tetapi juga tentang mencari kebahagiaan dan kedamaian batin melalui hubungan yang erat dengan Allah. Spiritualitas Islam mengajarkan tentang pentingnya ibadah, introspeksi diri, dan kepatuhan terhadap ajaran agama dalam mencapai kebahagiaan sejati. Sementara itu, Materialisme, Sekulerisme, dan Hedonisme (MSH) adalah pandangan dunia yang menekankan pada kepuasan materi, pemisahan antara agama dan kehidupan duniawi, serta pencarian kesenangan dan kenikmatan duniawi secara berlebihan. Dalam kontrast dengan spiritualitas Islam yang menekankan kesederhanaan, keseimbangan, dan kepatuhan terhadap nilai-nilai spiritual, MSH cenderung mempromosikan keinginan duniawi yang tidak terbatas, mengarah pada keserakahan, kebingungan, dan kekosongan spiritual.
Dengan demikian, konflik antara spiritualitas Islam dan MSH terletak pada perbedaan pandangan tentang tujuan hidup, sumber kebahagiaan, dan cara mencapainya. Islam menekankan pentingnya keselarasan antara kehidupan dunia dan akhirat, serta memandang materi dan kesenangan duniawi sebagai ujian yang harus dihadapi dengan bijaksana dan bertanggung jawab, sementara MSH cenderung mengabaikan aspek spiritual dalam kehidupan dan memposisikan materi dan kenikmatan sebagai fokus utama keberhasilan dan kebahagiaan manusia.